Novita Andriani
SMP Muhammadiyah Darul Arqom Karanganyar
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan peserta didik kelas VII A SMP Muhammadiyah Darul Arqom Karanganyar dalam bersuci dari hadats melalui pendekatan Cooperative Teaching and Learning. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan dua siklus yang mencakup tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data diperoleh melalui observasi, tes hasil belajar, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan signifikan pada pemahaman dan keterampilan peserta didik. Pada siklus I, tingkat ketuntasan mencapai 75% dan meningkat menjadi 95% pada siklus II. Penerapan pendekatan ini meningkatkan interaksi aktif antar peserta didik, penggunaan media pembelajaran relevan, serta umpan balik konstruktif dari guru. Cooperative Teaching and Learning terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan bersuci dari hadats.
Kata Kunci: Cooperative Teaching and Learning, Pendidikan Agama Islam, Bersuci dari Hadats, Penelitian Tindakan Kelas.
ABSTRACT
This study aimed to enhance the ability of Grade VII A students at SMP Muhammadiyah Darul Arqom Karanganyar to perform purification (bersuci) from hadats through Cooperative Teaching and Learning. The research employed Classroom Action Research (CAR) methodology with two cycles, each comprising planning, implementation, observation, and reflection stages. Data were collected using observation, achievement tests, and documentation. Results demonstrated a significant improvement in students’ understanding and skills. In Cycle I, the mastery level reached 75% and increased to 95% in Cycle II. The approach fostered active student interaction, the use of relevant learning media, and constructive teacher feedback. Cooperative Teaching and Learning proved effective in enhancing purification skills.
Keywords: Cooperative Teaching and Learning, Islamic Education, Purification, Classroom Action Research.
PENDAHULUAN
Bersuci, atau thaharah, adalah salah satu konsep fundamental dalam ajaran Islam yang berfungsi sebagai syarat sah untuk melaksanakan berbagai ibadah seperti shalat, membaca Al-Qur’an, dan thawaf. Dalam konteks ini, bersuci tidak hanya mencakup aspek fisik tetapi juga aspek spiritual yang mengajarkan pentingnya menjaga kesucian diri sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Syekh Ali Ahmad al-Jarjawi dalam karyanya “Hikmah al-Tasyri’ wa Falsafatuhu” menjelaskan bahwa bersuci memiliki tingkatan mulai dari membersihkan jasmani hingga mencapai kesucian hati yang sepenuhnya terpaut kepada Allah. Hal ini menunjukkan bahwa bersuci bukan hanya praktik ibadah, tetapi juga manifestasi dari keimanan seorang Muslim.
Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak peserta didik yang belum memahami dan mampu melaksanakan tata cara bersuci dengan benar. Hasil observasi di kelas VII A SMP Muhammadiyah Darul Arqom Karanganyar menunjukkan bahwa hanya 40% peserta didik yang dapat bersuci dari hadats sesuai tuntunan syariat. Hal ini menjadi perhatian serius karena ketidaktahuan atau kesalahan dalam bersuci dapat memengaruhi sahnya ibadah yang dilaksanakan.
Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan peserta didik dalam bersuci meliputi kurangnya pemahaman konsep dasar bersuci, minimnya pengalaman praktik langsung, serta metode pembelajaran yang monoton dan tidak melibatkan peserta didik secara aktif. Pembelajaran yang didominasi ceramah membuat peserta didik cenderung pasif dan kurang tertarik untuk mendalami materi. Oleh karena itu, diperlukan inovasi dalam metode pembelajaran yang mampu meningkatkan pemahaman dan keterampilan peserta didik secara menyeluruh.
Salah satu pendekatan yang relevan untuk mengatasi permasalahan ini adalah Cooperative Teaching and Learning. Metode ini menekankan kerja sama dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama. Peserta didik dilibatkan secara aktif dalam diskusi, berbagi pengetahuan, dan memecahkan masalah. Model ini memungkinkan peserta didik belajar dari satu sama lain, sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang lebih interaktif dan menyenangkan.
Cooperative Teaching and Learning memiliki banyak manfaat, di antaranya meningkatkan keterampilan sosial seperti komunikasi, kerja sama, dan empati. Selain itu, metode ini juga mendorong peserta didik untuk lebih percaya diri dalam menyampaikan pendapat dan menerima umpan balik. Dalam konteks pembelajaran bersuci, pendekatan ini dapat digunakan untuk memberikan pengalaman praktik langsung yang lebih mendalam, seperti simulasi tata cara bersuci dari hadats kecil dan besar.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas Cooperative Teaching and Learning dalam meningkatkan kemampuan peserta didik kelas VII A dalam bersuci dari hadats. Peneliti berharap bahwa penerapan metode ini tidak hanya meningkatkan pemahaman teoritis peserta didik, tetapi juga keterampilan praktis mereka dalam melaksanakan tata cara bersuci sesuai dengan tuntunan agama. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang lebih interaktif dan memotivasi peserta didik untuk belajar.
Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam, khususnya pada materi bersuci. Temuan penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru lain dalam menerapkan metode pembelajaran yang lebih inovatif dan efektif.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan pendekatan model Kemmis dan McTaggart. Metode ini dipilih karena relevansinya dalam mengidentifikasi permasalahan pembelajaran di kelas dan memberikan solusi berbasis tindakan yang sistematis. Penelitian dilakukan di SMP Muhammadiyah Darul Arqom Karanganyar pada Januari 2025 dengan subjek penelitian sebanyak 20 peserta didik kelas VII A. Rancangan penelitian ini melibatkan dua siklus, di mana setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
- Tahap Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat tujuan, langkah-langkah kegiatan, dan media yang digunakan. Selain itu, peneliti juga menyiapkan instrumen penelitian seperti lembar observasi, soal tes, dan rubrik penilaian untuk mengukur keberhasilan tindakan. Media pembelajaran seperti video tutorial, gambar, dan alat peraga juga dipersiapkan untuk mendukung proses pembelajaran.
- Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing peserta didik dalam kegiatan pembelajaran berbasis Cooperative Teaching and Learning. Peserta didik dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen untuk berdiskusi dan menyelesaikan tugas bersama. Setiap kelompok diberikan tugas yang berhubungan dengan materi bersuci dari hadats, seperti mempraktikkan tata cara wudhu dan mandi wajib.
- Tahap Observasi
Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Observasi dilakukan untuk menilai keaktifan peserta didik, interaksi dalam kelompok, dan pemahaman mereka terhadap materi yang diajarkan. Lembar observasi yang telah disiapkan digunakan untuk mencatat data selama pembelajaran berlangsung.
- Tahap Refleksi
Hasil observasi dan tes dianalisis untuk mengevaluasi keberhasilan tindakan pada setiap siklus. Refleksi dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam pelaksanaan pembelajaran, serta untuk merancang perbaikan pada siklus berikutnya. Jika diperlukan, peneliti melakukan modifikasi terhadap strategi pembelajaran agar lebih efektif dalam mencapai tujuan.
Teknik Pengumpulan Data:
- Observasi: Digunakan untuk mengamati proses pembelajaran, interaksi peserta didik, dan penerapan metode Cooperative Teaching and Learning.
- Tes Hasil Belajar: Dilakukan pada akhir setiap siklus untuk mengukur peningkatan pemahaman dan keterampilan peserta didik.
- Dokumentasi: Digunakan untuk mencatat kegiatan pembelajaran, seperti foto, video, dan hasil pekerjaan peserta didik.
Teknik Analisis Data:
Data dianalisis menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa nilai tes hasil belajar dianalisis dengan menghitung rata-rata dan persentase ketuntasan belajar. Data kualitatif dari hasil observasi dan dokumentasi dianalisis untuk mendapatkan gambaran mendalam tentang proses dan hasil pembelajaran.
Dengan metode ini, penelitian diharapkan dapat memberikan solusi yang aplikatif dan efektif dalam meningkatkan kemampuan peserta didik dalam bersuci dari hadats melalui pendekatan Cooperative Teaching and Learning.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
- Kondisi Pra Siklus
Pada tahap pra siklus, rata-rata kemampuan peserta didik dalam bersuci hanya mencapai 40%. Hasil observasi menunjukkan kurangnya pemahaman konsep dan minimnya pengalaman praktik langsung. Selain itu, metode pembelajaran yang digunakan sebelumnya kurang melibatkan peserta didik secara aktif.
Hasil Pra Siklus bahwa Siswa yang tuntas atau telah mencapai KKTP dalam belajaranya sebanyak 8 Siswa dengan persentase 40% dari 20 Siswa, dan Siswa yang belum tuntas atau belum mencapai KKTP sebanyak 12 Siswa dengan persentase 60%.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Nilai Siswa Pra Siklus
No | Kategori | Interval | Jumlah | Persentase | Keterangan |
1 | Sangat Baik | 90-99 | 0 | 0% | Tuntas |
2 | Baik | 80-89 | 3 | 10% | Tuntas |
3 | Cukup | 70-79 | 7 | 30% | Tuntas |
4 | Kurang | 60-69 | 10 | 60% | Belum Tuntas |
Jumlah | 20 | 100% | |||
Nilai Rata-Rata | 71,00 | ||||
Nilai Tertinggi | 85 (3 Siswa) atau 15% |
Dilihat dari tabel di atas nampak bahwa pembelajaran yang dilakukan belum efektif dengan banyaknya Siswa yang belum tuntas atau belum mencapai KKTP yang sudah ditentukan yaitu ≥ 75.
Diketahui Siswa yang mendapat nilai antara 90-99 sebanyak 0 Siswa dengan persentase 0%, Siswa yang mendapat nilai antara 80-89 sebanyak 3. Siswa dengan persentase 15%, untuk nilai antara 70-79 sebanyak 7 Siswa dengan persentase 35%, dan Siswa yang mendapatkan nilai 60-69 sebanyak 10 Siswa dengan persentase 50%.
- Hasil Siklus 1
Pada siklus I, peserta didik dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil. Aktivitas pembelajaran meliputi diskusi kelompok dan praktik bersuci. Hasil tes menunjukkan peningkatan ketuntasan dari 45% menjadi 75%. Refleksi menunjukkan perlunya perbaikan pada penggunaan media pembelajaran agar lebih menarik.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Nilai Siswa Siklus I
No | Kategori | Interval | Jumlah | Persentase | Keterangan |
1 | Sangat Baik | 90-99 | 1 | 5% | Tuntas |
2 | Baik | 80-89 | 8 | 40% | Tuntas |
3 | Cukup | 70-79 | 6 | 30% | Tuntas |
4 | Kurang | 60-69 | 8 | 25% | Belum Tuntas |
Jumlah | 20 | 100% | |||
Nilai Rata-Rata | 86,67 | ||||
Nilai Tertinggi | 96 (1 Siswa) atau 5% | ||||
Nilai Terendah | 60 (2 Siswa) atau 10% |
Diketahui Siswa yang mendapat nilai antara 90-99 sebanyak 1 Siswa dengan persentase 5%, Siswa yang mendapat nilai antara 80-89 sebanyak 8 Siswa dengan persentase 40%, untuk nilai antara 70-79 sebanyak 6 Siswa dengan persentase 30%, dan Siswa yang mendapatkan nilai 60-69 sebanyak 5 Siswa dengan persentase 25%.
Berdasarkan data hasil kemampuan siswa dalam bersuci dari hadats besar dapat diketahui bahwa siswa yang sudah mencapai KKTP dalam belajarnya sebanyak 15 Siswa dengan persentase 75% dari 20 Siswa, sedangkan Siswa yang belum tuntas atau belum mencapai KKTP sebanyak 5 Siswa dengan persentase 25%.
- Hasil Siklus 2
Perbaikan dilakukan dengan menambahkan media visual seperti video tutorial dan alat peraga. Tingkat ketuntasan meningkat menjadi 95%. Peserta didik menunjukkan antusiasme yang lebih tinggi, dan interaksi antar kelompok menjadi lebih efektif.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Nilai Siswa Siklus 2
No | Kategori | Interval | Jumlah | Persentase | Keterangan |
1 | Sangat Baik | 90-99 | 11 | 55% | Tuntas |
2 | Baik | 80-89 | 6 | 30% | Tuntas |
3 | Cukup | 70-79 | 2 | 10% | Tuntas |
4 | Kurang | 60-69 | 1 | 5% | Belum Tuntas |
Jumlah | 20 | 100% | |||
Nilai Rata-Rata | 89,00 | ||||
Nilai Tertinggi | 98 (1 Siswa) atau 5% | ||||
Nilai Terendah | 75 (2 Siswa) atau 10% |
Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah Darul Arqom Karanganyar dengan subjek penelitian peserta didik kelas VII A. Pada tahap pra siklus, ditemukan bahwa rata-rata kemampuan peserta didik dalam bersuci hanya mencapai 40%. Hal ini mencerminkan kurangnya pemahaman terhadap konsep bersuci dari hadats kecil maupun besar serta minimnya pengalaman praktik langsung. Observasi menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang digunakan sebelumnya bersifat monoton, sehingga tidak memberikan motivasi atau keterlibatan aktif peserta didik.
Pada tahap awal, peserta didik menunjukkan kesulitan dalam membedakan hadats kecil dan besar, serta kurang memahami langkah-langkah wudhu dan mandi wajib. Minimnya penggunaan media pembelajaran dan aktivitas praktik langsung menjadi penyebab utama rendahnya keterampilan mereka. Observasi pra siklus juga menunjukkan bahwa mayoritas peserta didik hanya mengandalkan hafalan tanpa memahami makna atau tujuan dari bersuci.
Peneliti merancang pendekatan Cooperative Teaching and Learning untuk mengatasi masalah ini dengan memberikan ruang bagi peserta didik untuk belajar secara kolaboratif. Langkah-langkah ini melibatkan diskusi kelompok, penggunaan media pembelajaran seperti video tutorial, dan praktik langsung. Tujuannya adalah menciptakan pengalaman belajar yang lebih interaktif dan bermakna.
Penerapan Cooperative Teaching and Learning membawa sejumlah manfaat yang signifikan bagi peserta didik. Pada siklus I, peserta didik mulai terlibat aktif dalam proses diskusi kelompok. Meskipun hasilnya belum optimal, peserta didik menunjukkan peningkatan dalam memahami perbedaan antara hadats kecil dan besar, serta tata cara wudhu yang benar. Salah satu kekuatan dari pendekatan ini adalah mendorong peserta didik untuk saling berbagi informasi dan mengoreksi kesalahan satu sama lain.
Pada siklus II, penambahan media pembelajaran visual seperti video tutorial dan alat peraga membuat pembelajaran lebih menarik. Peserta didik tidak hanya mendengar penjelasan guru tetapi juga melihat langsung ilustrasi tata cara bersuci. Hal ini membantu mereka untuk lebih memahami dan mengingat langkah-langkah yang benar. Selain itu, interaksi antar kelompok semakin terjalin, dengan peserta didik yang lebih percaya diri untuk menyampaikan pendapat atau bertanya jika ada hal yang kurang dipahami.
Peningkatan hasil belajar yang signifikan, dari 40% pada pra siklus menjadi 95% pada siklus II, mencerminkan efektivitas metode Cooperative Teaching and Learning. Metode ini tidak hanya berkontribusi pada peningkatan hasil belajar kognitif tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik peserta didik. Dalam aspek afektif, peserta didik menjadi lebih peduli terhadap pentingnya bersuci dalam kehidupan sehari-hari. Mereka juga mulai menerapkan nilai-nilai Islam seperti kerja sama, tanggung jawab, dan saling menghargai dalam proses pembelajaran.
Dari sisi psikomotorik, praktik langsung yang dilakukan selama pembelajaran memungkinkan peserta didik untuk melatih keterampilan teknis bersuci dengan lebih baik. Hal ini terlihat dari peningkatan kemampuan mereka dalam melaksanakan wudhu dan mandi wajib sesuai dengan tuntunan syariat. Kesempatan untuk mempraktikkan langsung dengan bimbingan guru dan umpan balik dari teman sebaya juga meningkatkan rasa percaya diri mereka.
Hasil refleksi menunjukkan bahwa penggunaan media visual seperti video tutorial sangat membantu peserta didik dalam memahami materi yang bersifat prosedural. Video tutorial memberikan gambaran langkah-langkah bersuci secara nyata dan terstruktur, sehingga peserta didik dapat lebih mudah mengikuti dan mengingat prosedur tersebut. Selain itu, diskusi kelompok memungkinkan terjadinya proses belajar yang kolaboratif, di mana peserta didik saling melengkapi pemahaman satu sama lain.
Keberhasilan metode ini juga didukung oleh peran guru sebagai fasilitator yang memberikan bimbingan dan dukungan selama proses pembelajaran. Guru tidak hanya menyampaikan materi, tetapi juga mendorong peserta didik untuk berpikir kritis, bertanya, dan mengevaluasi pemahaman mereka sendiri. Pendekatan ini menciptakan suasana pembelajaran yang lebih dinamis dan berpusat pada peserta didik.
Sebagai tambahan, keberhasilan ini sejalan dengan teori pembelajaran konstruktivisme yang menekankan pentingnya keterlibatan aktif peserta didik dalam proses pembelajaran. Melalui interaksi dengan teman sebaya dan lingkungan belajar yang mendukung, peserta didik dapat membangun pemahaman mereka secara lebih mendalam. Dengan demikian, Cooperative Teaching and Learning tidak hanya efektif untuk meningkatkan pemahaman materi, tetapi juga membentuk karakter dan nilai-nilai Islami yang mendalam pada peserta didik.
Temuan penelitian ini memberikan bukti bahwa pendekatan pembelajaran kooperatif dapat menjadi solusi efektif untuk mengatasi permasalahan pembelajaran yang kompleks, khususnya pada materi yang memerlukan pemahaman mendalam dan praktik langsung seperti bersuci. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa inovasi dalam metode pembelajaran sangat penting untuk menciptakan pengalaman belajar yang bermakna dan relevan bagi peserta didik.
KESIMPULAN
Penelitian ini membuktikan bahwa metode Cooperative Teaching and Learning secara signifikan dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam bersuci dari hadats di kelas VII A SMP Muhammadiyah Darul Arqom Karanganyar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan ini tidak hanya meningkatkan pemahaman peserta didik secara kognitif, tetapi juga kemampuan praktis mereka dalam melaksanakan tata cara bersuci sesuai tuntunan syariat.
Pada pra siklus, rata-rata kemampuan peserta didik hanya mencapai 40%. Melalui penerapan metode ini pada dua siklus, terjadi peningkatan hasil belajar yang signifikan, dengan ketuntasan sebesar 75% pada siklus I dan 95% pada siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif yang melibatkan diskusi kelompok, media visual, dan praktik langsung sangat efektif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa metode Cooperative Teaching and Learning dapat memperkuat aspek afektif dan psikomotorik peserta didik. Interaksi aktif dalam kelompok, penggunaan media pembelajaran, serta bimbingan guru yang efektif menciptakan suasana belajar yang interaktif dan menyenangkan.
Dengan demikian, metode ini direkomendasikan untuk diterapkan pada materi lain dalam Pendidikan Agama Islam maupun bidang studi lainnya yang membutuhkan pemahaman konseptual dan keterampilan praktis. Penelitian ini juga membuka peluang untuk eksplorasi lebih lanjut terkait pengembangan media dan strategi pembelajaran yang inovatif untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
REFERENSI
Slavin, R. E. (2021). Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. Boston: Allyn and Bacon.
Kagan, S., & Kagan, M. (2023). Cooperative Learning Structures for Active Engagement. San Clemente: Kagan Publishing.
Norkholis. (2020). Pentingnya Bersuci dalam Islam. Jurnal Pendidikan Islam, 12(2), 123-132.
Azizah, N. (2022). Konsep Thaharah dalam Syariat Islam. Al-Qalam, 18(1), 45-56.
Latifah, S. (2023). Implementasi Bersuci dalam Pendidikan Agama Islam. Tarbiyah Journal, 15(3), 78-88.
Johnson, D. W., & Johnson, R. T. (2022). Learning Together and Alone: Cooperative, Competitive, and Individualistic Learning. Needham Heights: Allyn and Bacon.
Trianto. (2020). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono. (2021). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Arends, R. I. (2021). Learning to Teach. New York: McGraw-Hill Education.
Astuti, R. A. (2023). Pengaruh Media Visual dalam Meningkatkan Pemahaman Peserta Didik. Jurnal Teknologi Pendidikan, 14(1), 67-74.